Geisha Cukup Tak Lagi
Ciptakan turnover ideal
Para peneliti percaya bahwa employee engagement menjadi kunci untuk mengatasi umumnya masalah turnover yang tinggi. Seperti dikatakan sebelumnya, turnover ideal bisa jadi berbeda bagi tiap industri dan perusahan. Maka, akan sangat bijak jika apapun program employee engagement yang hendak dilakukan perusahaan selayaknya berfokus pada pengurangan turnover pada top performers dan top-tier hingga mendekati 0% dan turnover pada low performers setidaknya di bawah 10%.
Perusahaan juga perlu memerhatikan tingkat turnover pada average performer yang umumnya merupakan populasi terbesar dalam sebuah perusahaan. Memang tingkat turnover yang tinggi pada average performer tak memberikan dampak sebesar turnover pada top performer dan top tier, namun harus tetap diperhatikan dan dikendalikan.
Dampak terbesar dari turnover pada average performers adalah biaya rekrutmen dan biaya saat posisi kosong. Adapun biaya untuk meretensi average performer jauh lebih murah dari kombinasi biaya rekrutmen dan biaya saat posisi kosong. Itu artinya, strategi meretensi karyawan juga perlu difokuskan pada average performers.
https://www.michaelpage.co.id/sites/michaelpage.co.id/files/2015_IDMP_EMPLOYEE_INTENTIONS_FINAL.pdf
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1744-6570.2011.01239.x/full
Pluto sempat menjadi salah satu planet di Tata Surya, tetapi dikeluarkan dari daftar tersebut pada 2006. Ini alasan Pluto kehilangan statusnya.
Tata surya, seperti yang sempat digaungkan di buku-buku pelajaran IPA masa lalu, memiliki sembilan planet, yakni Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Pluto sebagai yang terjauh.
Pada 24 Agustus 2006, status planet Pluto dicabut. Alasannya, persatuan Astronomi Internasional (IAU) memutuskan untuk mengklasifikasikan ulang Pluto menjadi planet kerdil, sehingga jumlah planet di Tata Surya berkurang menjadi delapan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pluto adalah planet kerdil sesuai definisi dan diakui sebagai prototipe dari kategori baru objek trans-Neptunus," demikian dinyatakan dalam resolusi yang disetujui pada tahun 2006, dikutip dari Space, Jumat (15/11).
Pluto ditemukan oleh Clyde Tombaugh pada 1930. Kala itu para ilmuwan mencari benda langit yang tidak dikenal untuk menjelaskan ketidakteraturan dalam orbit Uranus.
Tombaugh yang merupakan seorang astronom yang baru saja bergabung dengan Observatorium Lowell di Arizona ditugaskan untuk mengidentifikasi pelakunya.
Setelah beberapa bulan, ia berhasil menemukan objek bulat berbatu di luar Uranus yang ia yakini sebagai penyebab ketidakteraturan orbit Uranus. Benda itu kemudian diberi nama Pluto, yang diambil dari nama dewa dunia bawah dalam mitologi Romawi.
Meski lebih kecil dari beberapa bulan yang telah diketahui, ukurannya cukup besar untuk dianggap sebagai planet.
Namun, para peneliti kemudian mengetahui bahwa Pluto tidak cukup besar untuk memberikan tarikan gravitasi yang diperlukan untuk mempengaruhi orbit Uranus.
Selain itu, pada tahun 1990-an, para astronom menemukan bahwa Pluto dikelilingi oleh sejumlah objek yang berukuran serupa.
Pluto merupakan bagian dari wilayah tata surya yang kemudian dinamai Sabuk Kuiper. Hal ini memicu perdebatan tentang status Pluto di dalam jajaran planet, yang mencapai puncaknya pada pertemuan tahun 2006 di Praha.
Dalam pertemuan tersebut, IAU menugaskan sebuah komite kecil untuk membuat ulang definisi "planet".
Mereka menetapkan tiga kriteria untuk planet, yakni:
1. Harus mengorbit mengelilingi Matahari2. Harus memiliki massa yang cukup untuk membuat dirinya berbentuk bulat3. Harus menyingkirkan semua benda langit lainnya, kecuali bulan-bulannya sendiri, dari orbitnya.
Berdasarkan kriteria ketiga, komite tersebut menyatakan Pluto tidak lagi memenuhi syarat sebagai sebuah planet karena posisinya yang terletak di Sabuk Kuiper yang berantakan, di mana terdapat ribuan benda yang berada di luar orbit Neptunus.
Oleh karena itu, Pluto bukanlah objek yang dominan secara gravitasi di lingkungannya. Dengan demikian, definisi baru menyatakan Pluto bukan lagi planet.
Namun, definisi tersebut langsung menuai kritik dari para astronom.
"Definisi tersebut jelas tidak memadai, karena tidak memasukkan eksoplanet," kata Jean-Luc Margot, seorang ilmuwan planet di UCLA, dikutip dari Live Science.
Selain itu, ia menyebut sangat sulit untuk menentukan kapan sebuah benda telah membersihkan orbitnya sendiri. Pluto jelas tidak melakukan hal itu, tetapi menurut beberapa definisi, Mars juga demikian.
Penurunan status Pluto masih menjadi kontroversi bagi sebagian ilmuwan karena cara pengklasifikasiannya.
Philip Metzger, fisikawan planet yang bekerja pada misi New Horizons NASA ke Pluto, sebelumnya telah menunjukkan bahwa IAU tidak mengajukan definisi planet mereka untuk pemungutan suara dari komunitas ilmiah yang lebih besar. Menurutnya, hal ini membuat definisi baru tersebut tidak valid.
Di sisi lain, para ilmuwan yang belum move on dari Pluto dianggap memiliki masalah sentimen. Banyak orang yang tumbuh dengan menganggap Pluto sebagai planet, dan mereka masih berinvestasi secara emosional di dalamnya.
Terlepas dari apakah Pluto itu planet atau planet kerdil, Pluto tetaplah bagian yang menarik dari tata surya, mulai dari "jantung" besar berwarna putih yang terdiri dari nitrogen beku hingga "gunung berapi super" yang memuntahkan es yang diduga bersembunyi di bawah permukaannya.
Dai muda, Koh Dennis Lim dalam Program One on One Sindonews TV yang akan tayang pada Jumat (30/8/2024) pekan depan. FOTO/MPI/REFI SANDI
- Dai muda, Koh Dennis Lim mengatakan bahwa pecandu
(judol) adalah mereka yang rindu dan ingin mendapatkan pendapatan lebih. Mereka juga tidak cukup yakin akan janji Allah SWT terkait takdir rezeki yang telah dijanjikan sejak dalam rahim.
Hal itu diungkapkan dalam Program One on One Sindonews TV yang akan tayang pada Jumat (30/8/2024) pekan depan.
"Kalau bicara urusannya duit, bahkan kesehariannya dengan duit dan memiliki rasa rindu, kayaknya punya duit enak nih. Dengan peluang main judi saya memiliki peluang lebih banyak sesegera mungkin," kata Koh Dennis saat wawancara Program One on One di Hotel Luminor Padjadjaran, Kota Bogor, Jawa Barat pada Sabtu (24/8/2024) sore.
"Kerinduan ada, keinginan ada, akhirnya mulai ke situ (judi online), ditambah tidak cukup yakin dengan janji Allah bahwa rezeki itu pasti dijamin," tambahnya.
Koh Dennis menyebutkan bahwa setiap manusia yang bernyawa dilarang mati sebelum garis rezeki belum diterima seutuhnya sejak dijanjikan dalam rahim seorang ibu.
"Kita semua yang nonton dilarang mati sebelum semua rezeki yang dijanjiin Allah waktu di dalam rahim ibu kalau belum terima semua gak boleh mati," ujarnya.
Sebagai informasi, saksikan tayangan selengkapnya dalam Program One on One Sindonews TV pada Jumat, 30 Agustus 2024 pukul 21.30 WIB.
24 bài hát, 1 giờ 31 phút
Merekrut dan mempertahankan pegawai adalah salah satu kunci yang memengaruhi pertumbuhan perusahaan. Perputaran karyawan (turnover) yang cepat menimbulkan kerugian baik dari segi finansial maupun moral pada perusahaan dan karyawan yang masih bekerja.
Mengacu pada Gallup, turnover yang ideal adalah 10% dalam setahun. Tapi, persentase ideal bisa berbeda antara satu industri dengan industri lain dan satu perusahaan dengan perusahaan lainnya.
Namun, perusahaan tak cukup hanya menilai rendah tingginya turnover, karena bisa jadi turnover yang masih termasuk ideal berdasarkan standar Gallup, ternyata berpengaruh signifikan terhadap bottom line perusahaan. Oleh karena itu, hendaknya perusahaan melihat ‘Siapa yang keluar’ untuk mencari tahu akar masalah dan mengatasinya.
Istilah turnover bukan metrik yang cukup baik untuk menganalisa akar masalah. Perusahaan perlu menggunakan metrik lainnya yang lebih detail yaitu ‘siapa yang keluar’. Jika dari sebuah persentase turnover mayoritasnya adalah para top performers dan top-tier, maka bisa jadi pertanda bahwa ada masalah yang sangat vital dalam perusahaan, entah itu masalah manajemen, kultur atau gaji yang membuat mereka merasa disengaged dan memutuskan keluar.
Padahal, keluarnya para top performers membawa dampak signifikan bagi perusahaan karena output mereka empat kali lebih besar daripada karyawan biasa dengan gaji yang setara. Bisa jadi hubungan perusahaan dengan konsumen terganggu, bahkan putus hubungan, dan inilah yang kemungkinan akan memberikan dampak signifikan terhadap bottom line perusahaan.
Keluarnya para top-tier position juga memberikan dampak signifikan yaitu terhadap produktivitas dan ROA perusahaan. Proses untuk mencari pengganti kedua kelompok karyawan tersebut pun tak akan mudah dan memakan cost yang tidak sedikit.
Sedangkan jika turnover tinggi pada low performers, bisa jadi membawa dampak positif bagi banyak aspek, mulai dari employee engagement, produktivitas hingga profit, asalkan kita bisa meminimalkan persentasenya dan menggantinya dengan sumber daya manusia yang kualitasnya jauh lebih baik. Turnover rate tinggi pada low performers mengindikasikan perusahaan perlu melakukan perbaikan pada proses rekrutmen.
Adapun turnover tinggi pada kelompok new-hired, kemungkinan besar menandakan ada masalah dalam proses seleksi, onboarding dan/atau proses training.