Raja Raja Melayu Indonesia
Nama Raja-Raja Kerajaan Melayu
Selain membahas mengenai seorang Raja yang membawa kerajaannya mencapai masa kejayaan, tentunya masih ada beberapa raja lainnya dari kerajaan ini yang wajib dibahas dan diketahui. Berikut pembahasan lengkapnya.
Srimat Sri Udayadityawarma Pratapaparakrama Rajendra Maulimali
Kerajaan Melayu berdiri selama berabad-abad sebagaimana kerajaan lain seperti Kerajaan Pajajaran atau Kerajaan Gowa Tallo sehingga ada banyak raja yang memimpin. Salah satu raja yang memimpin kerajaan ini adalah Srimat Sri Udayadityawarma Pratapaparakrama Rajendra Maulimali.
Raja Srimat Sri Udayadityawarma Pratapaparakrama Rajendra Maulimali memimpin pada tahun 1347 sampai dengan 1375 Masehi. Pada masa kepemimpinannya pusat pemerintahan dipindahkan ke Pagaruyung.
Raja berikutnya adalah Ananggawarman yang memimpin pada tahun 1375 sampai dengan 1417 Masehi. Menurut peninggalan Kerajaan Majapahit, Gadjah Mada datang ke kerajaan ini untuk menaklukan Nusantara.
Karena desakan dan serangan terus menerus datang dan menyerang, maka pada masa kepemimpinan Raja Ananggawarman sudah tidak bisa mempertahankan kedaulatan kerajaan ini. Sehingga Kerajaan Melayu mengalami keruntuhan.
Saat berjaya atau berdiri, banyak kerajaan yang meninggalkan peninggalan sejarah seperti peninggalan Kerajaan Tarumanegara. Sama halnya dengan Kerajaan Melayu, kerajaan ini juga memiliki banyak peninggalan sejarah yang sampai saat ini digunakan sebagai sumber sejarah.
Prasasti Grahi-umilara blogspot-
Peninggalan pertama yang sampai saat ini masih bisa diakses adalah Prasasti Grahi. Prasasti ini mencatat peristiwa Raja Dharmasraya kepada Bupati Grahi yang bernama Mahasenapati Galamai untuk membuat sebuah arca Budha.
Dituliskan juga kemudian Bupati Grahi langsung melaksanakan perintah tersebut dengan mengirimkan Mraten Sri Nano untuk membuat sebuah arca Budha.
Prasasti Kuburajo-kompas-
Prasasti menjadi salah satu peninggalan yang paling sering dibuat seperti peninggalan Kerajaan Demak yang banyak berbentuk prasasti, kerajaan ini juga meninggalkan sebuah prasasti. Prasasti tersebut dinamakan Prasasti Kuburajo.
Prasasti ini ditemukan pada tahun 1877 Masehi di Kubu Rajo, Sumatera Barat. Prasasti ini berisikan pujian kepada Raja Adityawarman yang membawa kerajaan ini menuju masa kejayaannya. Prasasti Kuburajo ditulis dalam Bahasa Sansekerta.
Prasasti Suruaso-dictio-
Prasasti Suruaso menjadi peninggalan selanjutnya dan berisikan mengenai cerita bahwa Raja Adityawarman sudah berhasil menyelesaikan pembangunan saluran air. Pembangunan saluran air ini sudah dimulai ketika raja sebelumnya yakni Srimat Sri Akarendrawan.
Prasasti Padang Roco
Prasasti Padang Roco-kompas-
Prasasti Padang Roco diperkirakan dibuat pada tahun 1286 Masehi dan ditemukan di Siguntur, Sumatera Barat. Prasasti ini menceritakan mengenai pengiriman sebuah arca yakni arca Amoghapasa. Arca ini merupakan hadiah dari Raja Singasari.
Arca Amoghapasa-republika-
Arca Amoghapasa juga termasuk menjadi peninggalan Kerajaan Singasari karena ini merupakan hadiah dari Kerajaan Singasari kepada Raja Melayu. Arca ini diberikan sebagai hadiah dan cerita mengenai pemindahannya dituliskan dalam Prasasti Padang Roco.
Kerajaan Melayu menjadi salah satu bukti kejayaan beberapa kerajaan di Nusantara pada masa lampau. Kerajaan ini pada masa kejayaanya menguasai seluruh Pulau Sumatra bahkan bisa memperluas kekuasaannya sampai ke Pulau Jawa.
Bukti kekuatan politik dan ekonomi kerajaan ini juga dibuktikan dengan banyaknya peninggalan sejarah yang ditinggalkan dan masih bisa diakses hingga saat ini. Meskipun kerajaan ini tinggal sejarah, namun ceritanya tetap menjadi bagian dari warisan budaya Indonesia yang harus dilestarikan.
Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa
Salah satu pemimpin yang wajib diketahui adalah Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa karena ia merupakan pemimpin pertama dari kerajaan ini. Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa memimpin pada tahun 1183 sampai dengan akhir 1285.
Menurut peninggalan Kerajaan Sriwijaya, Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa merupakan salah satu raja dari Kerajaan Sriwijaya sebelum mengalami keruntuhan dan berubah menjadi Kerajaan Melayu. Bisa dikatakan Kerajaan Sriwijaya merupakan asal usul dari kerajaan ini.
Pada masa itu, Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran hingga runtuh kemudian berdiri kembali dengan nama yang berbeda. Sehingga Raja Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa tercatat jugas sebagai Raja Kerajaan Sriwijaya.
Masa Kejayaan Kerajaan Melayu
Kerajaan Melayu memiliki masa kejayaan ketika berdiri sama dengan beberapa kerajaan lainnya seperti Kerajaan Tidore. Kerajaan ini mencapai masa kejayaannya pada masa kepemimpinan Adityawarman dan pusat kekuasaan berada di hulu Batanghari.
Semasa kepemimpinan Raja Adityawarman, kerajaan ini banyak menghasilkan kerajinan dengan bahan dasar emas seperti kalung, arca, lempengan emas, dan lain sebagainya. Dari jual beli emas inilah kerajaan ini mencapai masa kejayaannya.
Sejarah Kerajaan Melayu Singkat dan Lengkap
Sejarah Kerajaan Melayu-voi-
Berdasarkan dari beberapa peninggalan sejarah, kerajaan yang satu ini disebutkan terletak di Sumatra yang dulunya dikenal dengan Pulau Swarnabumi atau Swarnadwipa. Kerajaan ini memiliki corak agama Hindu dan Budha.
Diceritakan bahwa kerajaan ini memiliki tiga periode kejayaan yang menjadi cikal bakal kehidupan manusia di Pulau Sumatra. Tiga periode itu adalah periode pertama pada abad ke 7 Masehi yang berpusat di Minanga.
Periode kedua pada abad ke 13 Masehi dengan pusat kerajaan di Dharmasraya. Terakhir, periode ketiga pada abad ke 15 Masehi dengan pusat pemerintahan di Suruaso atau Pagaruyung. Pada zaman dahulu, kerajaan ini memiliki hubungan dengan Dinasti Tang dari Cina.
Sehingga banyak sumber sejarah mengenai kerajaan ini yang dituliskan dalam berita Cina. Salah satu catatan pendeta Cina yang bernama I-Tsing juga menuliskan bahwa kerajaan ini pernah ditaklukan oleh Kerajaan Sriwijaya pada abad ke 7 Masehi yakni tepatnya pada tahun 692 Masehi.
Kemudian setelah ditaklukan tidak ada catatan sejarah apapun dan baru muncul kembali pada abad ke 13. Pada abad tersebut kerajaan ini mengalami kebangkitan dengan pusat kejayaan di Dharmasraya. Setelah itu kerajaan ini memerankan peran penting pada peradaban Pulau Sumatra.
Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa
Raja yang akan dibahas berikutnya adalah Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa yang memimpin pada tahun 1286 hingga 1316 Masehi. Selama masa kepemimpinan Raja Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa kerajaan ini bisa memperluas kekuasaanya.
Bahkan, Raja Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa selama masa kepemimpinannya bisa memperluas kekuasaan hingga masuk ke Pulau Jawa. Cerita mengenai kepemimpinan Raja Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa dibahas dalam Prasasti Padang Roco.
Raja selanjutnya adalah Akarendrawarman yang memimpin pada tahun 1316 sampai dengan 1347 Masehi. Selama masa pemerintahan Raja Akarendrawarman, letak pusat pemerintahan kerajaan dipindahkan dari Dharmasraya ke Suruaso.
Selama masa kepemimpinan Raja Akarendrawarman banyak pembangunan infrastruktur untuk semakin memajukan pertanian salah satunya membangun saluran pengairan. Saluran pengairan ini sangat bermanfaat bagi keberhasilan pertanian masyarakat.
Sektor pertanian pada masa itu menjadi aspek penting untuk perekonomian masyarakat. Namun, hingga menyelesaikan masa kepemimpinannya, pembangunan saluran air ini belum selesai hingga akhirnya diselesaikan oleh raja berikutnya yakni Raja Adityawarman.
Oleh : Erica Novianti Putri – Mahasiswi Prodi Komunikasi Penyiaran Islam STAIN Sultan Abdurrahman Kepri
Pendahuluan Sejarah mencatat bahwa dahulu Melayu merupakan sebuah kerajaan yang berada Johor yang kemudian membuka tempat kedudukan baru sebagai pusat kerajaan di Hulu Sungai Carang, yang dilakukan oleh Sultan Ibrahim Syah, yang dibantu oleh Laksemana Tun Abdul Jamil, pada tahun 1673. Sejarah pun sudah mencatat, bahwa sejak pemerintahan Kerajaan Melayu berpusat di Hulu Sungai Carang yang sekarang berada dalam wilayah Kelurahan Kampung Bugis, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Provinsi Kepulauan Riau. Dimana daerah tersebut sudah tumbuh dan berkembang kegiatan atau aktivitas ilmu pengetahuan, baik agama, pemerintahan, pengobatan atau pun bahasa dan sastra serta berbagai kebudayan-kebudayan. Kebudayaan Melayu tersebut menjadi sebagai salah satu dari berbagai macam kebudayaan yang hidup, tumbuh dan berkembang. Kebudayaan Melayu merupakan kebudayaan secara turun-temurun dilakukan oleh masyarakat. Kebudayaan Melayu merupakan salah satu pilar penopang kebudayaan nasional Indonesia khususnya dan kebudayaan dunia umumnya, di samping aneka budaya lainnya (disbud.kepriprov.go.id). Budaya Melayu tumbuh subur dan kental di tengah-tengah masyarakat Indonesia sekarang salah satunya dibidang Bahasa.
Apa itu bahasa? Penjelasan mengenai bahasa itu sendiri merupakan suatu penyampaian untuk suatu informasi dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa juga sudah ada sejak berabad-abad lalu. Bahasa melayu mempunyai peranan yang sangat penting di berbagai bidang atau kegiatan di indonesia pada masa lalu. Bahasa pada zaman dahulu digunakan tidak hanya sebagai alat komunikasi untuk bidang perdagangan. Tetapi juga sebagai alat komunikasi massa. Politik (perjanjian antar kerajaan). Sejak itulah penguasaan dan pemakaian bahasa melayu menyebar ke seluruh pelosok kepulauan indonesia. Bahasa melayu berkembang berdasarkan interaksi dengan lingkungan sosial yang bersinggungan antar ruang dan waktu, yang terjadi suatu hal yang sedang mempengaruhi penggunaan bahasa. historis tersebut dapat dilihat dari asal-usul bahasa yang merupakan awal komunikasi antar orang yang menggunakan bahasa isyarat ke kata-kata yang semakin komunikatif.
Slamet muljana di dalam bukunya yang berjudul Asal Bangsa dan Bahasa Nusantara menunjukan bahwa bahasa Melayu berasal dari bahasa yang ada di daerah sekitar Indocina, meliputi, Campa, Mon-Khmer, Bahnar, Rade, jarai, sedang, Mergui, Khaosan , Shan, dan sejenisnya. para pakar lainnya mencari asal usul bahasa Melayu sampai ke Melayu purba, proto-Malay , dan Proto-Malayic. Proto-Malay adalah bahasa Melayu pertama sedangkan Proto-Malayic adalah bahasa rumpun melayu pertama (1897:21)
Sebelum menjadi ejaan yang di sempurnakan (EYD), bahasa Indonesia merupakan sebuah varian bahasa melayu. Khususnya bahasa Melayu Riau. Dari sebuah kepulauan perbatasan Indonesia-Malaysia ini, seorang laki-laki yang ditetapkan sebagai pahlawan nasional lahir. Seorang yang pada masa hidupnya berhasil meninggalkan mahakarya yang luar biasa.
Beliau yaitu Raja Ali Haji bin Raja Ahmad yang dilahirkan dan dibesarkan di sebuah pulau kecil di Riau, yang pada masa itu menjadi pusat kebudayaan melayu dan pusat dari ilmu pengetahuan islam di kepulauan melayu, yakni pulau penyengat pada tahun 1808 abad XIX. Raja Ali Haji merupakan keturunan Raja Haji Fisabilillah, Yang Dipertuan Muda IV dari Kesultanan Lingga-Riau yang juga bangsawan Bugis. Sebagai anak laki-laki dari golongan bangsawan Riau, Raja Ali Haji pernah menempati berbagai jabatan penting dalam kerajaan Riau-Johor.
Raja Ali Haji memiliki pengetahuan yang luas tentang agama Islam dan ilmu yang berkaitan dengan administrasi. Pengetahuan agama yang mendalam diperolehnya dari para ulama-ulama yang baerasal dari daerah setempat dan luar negari. Karena itu beliau pernah menjadi guru agama dan bahasa Arab.
Raja Ali Haji juga dibesarkan dengan berbagai ilmu di bidang lain, dan telah menghasilkan karya dalam berbagai bidang, yaitu agama, bahasa, sastra, dan sejarah. Sementara itu, di bidang politik dan tata negara, Raja Ali Haji secara khusus menulis Muqaddimah fa al-Tsamarat al-Muhimmah.
Tulisan karya beliau ini lah yang nantinya akan akan mengkaji satu aspek dari pemikiran dan kontribusi Raja Ali Haji di bidang bahasa Melayu, yang menjadi cikal bakal bahasa Indonesia sekarang ini. Bahasa Melayu memang menjadi salah satu bidang utama Raja Ali Haji.
Hal ini memang seiring dengan tampilnya pulau Penyengat sebagai pusat kegiatan intelektual dan budaya Melayu kerajaan Riau-Lingga pada akhir abad ke-19 (Matheson, 1991: 6). Di samping itu, kebijakan politik kolonial Belanda yang membatasi kegiatan politik pihak kerajaan juga semakin mendorong sejumah elit kerajaan berkonsentrasi pada kegiatan intelektual untuk pengembangan budaya Melayu.
Menyangkut bidang bahasa Melayu, Raja Ali Haji menulis setidaknya tiga karya. Ketiganya adalah Gurindam Dua Belas yang masih terkenal di zaman sekarang, dimana karya tersebut dikarang pada tahun 1847. Dalam dua karyanya yang disebut pertama Gurindam Dua Belas dan Bustan al-Katibin Raja Ali Haji lebih terfokus pada upaya mengetengahkan keprihatinan dan menggagas upaya awal untuk memperbaiki beberapa konsep dan tata bahasa Melayu. Dalam Kitab Pengetahuan Bahasa, sebagaimana tampak dalam judulnya, ia secara tegas menghadirkan satu karya yang dirancang untuk menjadi rujukan utama dalam bahasa Melayu.
Pada karya lainnya, Raja Ali Haji menulis sebuah buku yang berjudul Pedoman Bahasa. Melalui buku Pedoman Bahasa tersebut, dasar-dasar dan tata bahasa Melayu pertama kali diperkenalkan. Buku pedoman bahasa Raja Ali Haji menjadi bahasa melayu standar yang kemudian pada kongres pemuda Indonesia 28 Oktober 1928 dijadikan sebagai bahasa nasional Indonesia. tidak hanya itu, karya lain yang juga sarat akan makna kehidupan adalah Gurindam dua belas. Lewat sajak berisi dua belas pasal tersebut, petuah dan buah pikir RAH sangat mendalam dan aplikatif hingga sekarang. Gurindam dua belas juga menjadi pembaru arus sastra pada eranya.
Akhir dari Raja Ali Haji
Pada tanggal 17 Desember 2020, pantun telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda pada sidang XV Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage di Kantor Pusat UNESCO di Paris, Prancis. Layak diyakini bahwa jasa-jasa pengabdian Raja Ali Haji bin Raja Ahmad kepada kebudayaan Nusantara memiliki pengaruh tersendiri terhadap pengakuan pantun sebagai warisan kebudayaan dunia oleh UNESCO.
Dalam hidupnya, Raja Ali Haji adalah sosok yang sangat gigh dan tekun. Walau hidup dalam tekanan imperium Belanda, Raja Ali Haji mampu melahirkan karya dari berbagai bidang. Tahun 1807 Raja Ali Haji meninggal dunia. Makamnya dapat di jumpai di komplek pemakaman Engku Putri Raja Hamidah pulau Penyengat-Riau.
“ Ini Gurindam pasal yang kelima:
Jika hendak mengenal orang berbangsa
Lihat kepada budi dan bahasa.”
Penggalan bait Gurindam pasal ke lima karya Raja Ali Haji tersebut mengartikan bahwasannya orang yang baik perilakunya di lihat dari budi pekerti yang baik serta memiliki tutur kata yang baik pula. Raja Ali Haji menuliskan gurindam berisikan petuah-petuah kehidupan yang ditulis menggunakan tafsiran Bahasa Melayu. Hal ini juga yang tersirat secara tidak langsung, bahwasannya Raja Ali Haji mengakui Bahasa Melayu sebagai bahasa yang baik dan santun.
Bahasa Melayu merupakan bahasa yang Sudah terpakai sejak abad ke 7 SM, hal ini dibuktikan dengan ditemukannya prasasti-prasasti dibeberapa titik didaerah Indonesia, salah satunya di Palembang pada tahun 683 M di Kedukan Bukit Berangka. Bahasa Melayu terus digunakan secara meluas mengikuti migrasi penduduk yang terus menyebar ke berbagai pulau, hingga bahasa ini digunakan secara meluas sebagai bahasa komunikasi dalam berdagang dan dijadikan sebagai bahasa kebudayaan pada masa kerajaan Sriwijaya. Dalam perkembangannya Bahasa Melayu pernah dijadikan sebagai Lingua Franca di Kawasan Asia Tenggara pada abad ke 15 hingga abad ke 17 yang menambah eksistensi keberadaan Bahasa Melayu di Kawasan Asia. Sebab dipilihnya Bahasa Melayu sebagai Lingua Franca karena bersifat sederhana tidak ada tingkatan-tingkatan dan lebih demokratis. Hal ini juga di dukung dengan letak tempat tinggal para penduduk melayu yang berada dipusat lalu lintas perdagangan yang dilalui oleh bangsa-bangsa asing. Jalur perdagangan ini di sebut juga dengan kawasan Laut Melayu, terbentang antara Semenanjung Melayu dan Sumatra, yang terkenal juga sebagai Selat Malaka.
Raja Ali Haji dan Bahasa Melayu
Raja Ali Haji merupakan seorang cendikiawan, sejarawan serta seorang pujangga yang lahir di pulau Penyengat, 1808 dan beliau juga wafat di pulau Penyengat, Kesultanan Lingga 1873. Beliau merupakan anak dari pernikahan antara Putri Selangor bernama Hamidah dan Raja Ahmad anak Raja Haji Fisabilillah, dan beliau merupakan sepupu dari Raja Ali bin Raja Ja’far. Sebagai seorang yang memiliki darah keturunan keluarga Kerajaan Riau beliau juga turut aktif sebagai penasehat kerajaan dan pernah dipercayai untuk memerintah di daerah Lingga bersama sepupunnya mewakili Sultan Mahmud Muzaffar Syah yang saat itu masih belum cukup umur. Sepanjang perjalanan karirnya Raja Ali Haji telah menghasilkan banyak karya tulis, salah satu mahakaryanya yang sangat populer ialah Gurindam Dua Belas, yang menjadi kiblat penulisan kesusastraan pada zamannya dan hingga saat ini sangat di sukai oleh para sejarawan sebagai objek kajian kesusastraan.
Raja Ali Haji adalah putra keturunan Melayu dan Bugis, ia tumbuh dan berkembang dilingkungan Kerajaan Melayu yang mendidik anak-anak Melayu berdasarkan norma-norma agama dan budaya, sehingga tidak di ragukan lagi akhlak yang terbentuk pada kepribadiannya yang sangat santun dan kental dengan Kebudayaan Melayu. Kebudayaan Melayu sebagai pusat berkumpulnya para ulama dari berbagai negeri fokus pembelajaran ditekankan pada pengkajian ilmu Islam, mereka yang datang berdomisili di Riau untuk mengajar dan belajar. bahasa dan kesusastraan dikembangkan dan terpelihara dengan baik sebagai aset negara, dan tentu saja hanya anak-anak dari golongan the ruling elite yang mendapat kesempatan untuk mendapatkan Pendidikan. Raja Ali Haji yang memiliki darah kerajaan sangat beruntung dan menjadikannya sebagai tempat untuk mengembangkan diri dengan sebaik-baiknya dan tekun mendalaminya melebihi teman-teman sebayanya. Kepandaiannya pun bertambah-tambah saat dirinya berada di Makkah, dengan semangat mudanya ia menumpahkan segenap waktunya untuk memperdalam bahasa Arab serta ilmu-ilmu agama. Dengan pengajaran yang sedari kecil telah di berikan oleh ayahandanya dan pendidikan dari guru-guru yang terpilih maka di sempurnakan lagi saat dirinya berada di tanak Makkah yang merupakan pusat ibadah dan pengetahuan tentang agama.
Penyempurnaan pendidikan yang ditempuh oleh Raja Ali Haji selama di tanah Makkah merupakan pembekalan diri akan sosok yang akan menjadi idola masyarakat, yaitu sebagai pujangga yang mahir dalam memahami Bahasa Melayu. Dari tanah Makkah itulah terpancar cahaya cemerlang yang menerangi Kebudayaan Melayu hingga mampu bersinar, bersamaan dengan Raja Ali Haji yang Kembali menarik para pedagang setelah hancurnya riau akibat perang melawan Belanda yang dipimpim oleh Raja Haji Fi Sabilillah, kini telah ramai kembali dengan kecakapannya dalam bertukar bahasa. Sejak abad ke-17 persoalan bahasa selalu menjadi pro dan kontra antara pengelola Kerajaan Johor-Riau dengan pemerintah Belanda, sampai dihapuskannya Kerajaan Riau-Lingga. Hal ini tentu di sebabkan karena, bagi orang Melayu Bahasa Melayu memiliki arti yang khusus, lebih dari sekedar bahasa yang hanya di pergunakan untuk berbicara saja.
Sebagai seorang pemuda Melayu yang memiliki kekhawatiran serta di balut dengan kecintaan yang mendalam akan Bahasa Melayu Raja Ali Haji mengarang dua buah buku mengenai bahasa yaitu, Bustan Al-Katibin dan Kitab Pengetahuan Bahasa yang merupakan kamus ekabahasa pertama di Nusantara. Meskipun peningkatan politik bahasa di Riau sudah dimulai oleh Raja Ali Haji, namun pengaruhnya masih sangat terbatas. Lalu kepopuleran bahasa Melayu pun melejit setelah pemerintah Belanda menjatuhkan pilihannya pada bahasa Melayu sebagai bahasa yang digunakan dalam pendidikan dan administrasi pemerintahannya. Meski penggunaan bahasa Melayu pada masanya sudah berkembang menjadi bahasa nasional hampir secara harfiahnya, namun sangat di sayangkan tata ejaan huruf-huruf Jawi mulai tidak sesuai dengan aturan-aturannya. Kepopulerannya itulah yang menjadikan bahasa melayu seperti inang dari bahasa-bahasa serapan yang menjadi benalu dan menganggu wujud asli inangnya.
Dalam buku karangannya Bustan Al-Katibin yang artinya “Taman Para Penulis” Raja Ali Haji menuliskan tentang pelajaran-pelajaran dasar, aturan ejaan huruf Arab bahasa Melayu, dan deskripsi tata Bahasa Melayu dengan modelan bahasa Arab. Buku ini merupakan jawaban atas kekhawatiran orang-orang Melayu terhadap gempuran kebudayaan asing yang telah merusak tatanan Bahasa Melayu. pengantaran pada buku ini mempunyai nilai tersendiri, karena di dalamnya dijelaskan bahwa pembelajaran tulis menulis merupakan bagian dari Bahasa Melayu yang mencukupi adat, adab, dan budi pekerti.
Melalui buku Bustan Al-Katibin ini juga, Raja Ali Haji mampu mengangkat Bahasa Melayu menjadi bahasa yang layak sebagai bahasa pemersatu bangsa. Bahasa Melayu yang mengalami peralihan dari masa ke masa ini sudah sejak lama diakui potensinya sebagai bahasa yang dapat memperluas wawasan yang melibatkan bangsa eropa di Asia Tenggara. Bahkan dalam perjalannya Bahasa Melayu dicatat sebagai bahasa tulis yang resmi di gunakan dalam lingkup istana dan keagamaan. Dan dengan perkembangannya yang begitu pesat itulah Bahasa Melayu yang melekat menjadi bahasa keseharian, perdagangan, dan bahasa interaksi masyarakat di pasar pelabuhan seakan-akan menjadi seperti keajaiban bahasa itu sendiri.
Reid (1988) Bahasa Melayu menjadi bahasa perdagangan di Asia Tenggara. Penduduk dari kota besar perdagangan diklasifikasikan sebagai orang Melayu karena mereka berbicara dalam bahasa itu dan memeluk agama Islam, walaupun keturunannya berasal dari Jawa, Mon, India, Cina, dan Fhilipina… setidak-tidaknya mereka yang berjualan dan berdagang di Pelabuhan-pelabuhan besar berbicara dalam Bahasa Melayu , seperti berbicara dalam bahasa mereka sendiri.
Bahasa Melayu yang merupakan bahasa yang tidak memiliki tingkatan dalam penuturannya dan bahasa yang mudah untuk di kuasai, dengan strukturnya yang sederhana dan kosakata yang bersifat terbuka itu memudahkan orang awam untuk memahaminya. Dan Bahasa Melayu yang berkembang di Riaulah yang kemudian dikembangkan oleh Raja Ali Haji ini yang menjadi cikal bakal dari bahasa Indonesia.
Pada Kongres Pemuda yang digelar pada tanggal 28 Oktober 1928 telah ditetapkan buku karya Raja Ali Haji yang berjudul Kitab Pengetahuan Bahasa sebagai bahasa nasional Indonesia, yang dikenal juga sebagi hari sumpah pemuda. Kemudia pada tahun 1972, Indonesia meresmikan pemakaian Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) yang terpakai sebagai bahasa Indonesia hingga sekarang. Sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan atas perjuangan Raja Ali Haji di bidang bahasa, Gubernur Riau, H.M. Rusli mengusulkan menjadikan Raja Ali Haji sebagai Pahlawan Nasional. Lalu Akhirnya Pada tahun 2004, keluarlah keputusan Presiden RI No. 089/TK/Tahun 2004 yang menyatakan bahwa Raja Ali Haji adalah Pahlawan Nasional. Dan dengan karya tata bahasanya yaitu buku Bustan Al-Katibin beliau mendapat gelar sebagai Bapak Bahasa Indonesia.
Adapun beberapa bentuk penghargaan atas jasa-jasanya, pemerintah Provinsi Kepulauan Riau mendirikan sebuah Monument Bahasa Melayu dan mengangkat kisah Raja Ali Haji menjadi sebuah film yang berjudul “Mata Pena Mata Hati Raja Ali Haji”. Penghargaan serta penghormatan Raja Ali Haji juga ditulis dalam sebuah buku biografi yang berjudul “Sejarah Perjuangan Raja Ali Haji Sebagai Bapak Bahasa Indonesia” yang terbit pada tahun 2004.
Eksistensi Bahasa Melayu Masa Kini
Eksistensi Bahasa Melayu di nusantara bukanlah suatu hal yang tabu, bahkan bisa di katakan bahwa Bahasa Melayulah yang mempelopori adanya kemajuan di nusantara. perkembangan Bahasa dan Kebudayaan Melayu yang sangat signifikan pada era perdagangan dan kolonialisme ternyata tidak menjadikan Bahasa Melayu populer lagi setelahnya. Pasca penetapan bahasa Indonesia menjadi satu satunya bahasa persatuan pada kongres sumpah pemuda, akhirnya menjadikan Bahasa Melayu hanya sebagai bahasa kebudayaan yang hanya terpakai oleh orang suku aslinya saja. Bahkan penggunaan bahasa Indonesia yang seharusnya sudah di atur sesuai Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) itu sudah mulai cacat dengan ikut tercampurnya bahasa-bahasa asing.
Dapat kita lihat dari keberadannya, Bahasa Melayu saat ini hanya diketahui dan dipakai di tempat-tempat yang dulunya menjadi jalur perdagangan Asia saja. Di luar Kepulauan Melayu penggunaan Bahasa Melayu sudah sangat sedikit bahkan jarang digunakan lagi, sangking jarangnya penggunaan Bahasa Melayu sehingga masyarakat yang berada di kota-kota besar banyak yang menyalah artikan keberadaan bahasa ini bukan sebagai ciri bahasa Indonesia melainkan sebagai ciri dari bahasa Malaysia. Hal ini dikarenakan dengan pengenalan Bahasa Melayu yang dikenalkan melalui kartun Upin Ipin yang berasal dari Negara Malaysia sehingga, tidak sedikit yang beranggapan bahwasannya penggunaan Bahasa Melayu hanya ada di Malaysia saja. Banyaknya ketidaktahuan masyarakat Indonesia tentang keberadaan bahasa melayu di Indonesia, juga disebabkan oleh kurangnya minat anak-anak muda melayu yang mau memperkenalkan bahasanya kepada masyarakat luas, serta minimnya materi pengajaran yang membahas bahasa melayu sebagai cikal bakal bahasa Indonesia di sekolah.
Eksistensi Bahasa Melayu yang menjadi akar pokok bahasa Indonesia ternyata tidak menambah kepopulerannya di nusantara, bahkan keberadannya hampir tidak diketahui oleh masyarakatnya sendiri. Hal ini dapat di simpulkan dari eksperimen kecil yang dilakukan oleh penulis kepada teman-teman di sekitarnya, dari sepuluh orang yang diberi pertanyaan yang sama yaitu “ bahasa Indonesia berasal dari bahasa?”, hanya 2 yang bisa menjawab pertanyaan tersebut yaitu bahasa melayu, selebihnya ada yang menjawab bahasa latin, bahasa yunani, dan bahasa jawa. Sungguh sangat di sayangkan sekali, jika para pemuda pemudi yang berasal dari daerah melayu itu saja tidak tahu tentang kedudukan bahasa melayu, lalu bagaimana mungkin masyarakat yang berada di daerah-daerah lain akan tahu bahwasannya bahasa melayu lah yang menjadi akar pokok dari bahasa Indonesia.
Sebagai identitas dan jati diri bahasa Indonesia, sudah sepatutnya bahasa melayu mendapat perhatian yang penting. Sekalipun bahasa melayu sudah ditetapkan sebagai pokok bahasa Indonesia dalam sumpah pemuda, bukan berarti hanya sebagai bahasa yang tercatat dalam sejarah dan kemudian terkubur habis bersama sejarah itu. Peran pemerintah sangat di perlukan dalam pengenalan masyarakat akan pentingnya bahasa melayu bagi bangsa Indonesia, dan tentu saja pengenalan budaya melalui generasi-generasi muda sangat diperlukan sebagai pemicu kepopuleran bahasa melayu. Jangan merasa malu untuk memperkenalkan kebudayaan serta bahasa melayu kepada khalayak luas.
Belanja di App banyak untungnya:
Daripada Wikipedia, ensiklopedia bebas.
Dalam mitos Cina, Raja Naga (龍王; pinyin: Lóng Wáng) merupakan dewa raja yang memerintah empat laut, iaitu laut utara, laut timur, laut selatan dan laut barat. Walaupun berupa naga, namun Raja Naga ini mampu bertukar bentuk menjadi manusia. Raja-Raja Naga bersemayam di istana kristal yang dijaga oleh askar udang dan panglima ketam.
Empat Raja Naga ialah:
Selain menguasai segala hidupan air, Raja-Raja naga ini juga menguasai awan dan hujan. Apabila muka, mereka mampu membanjiri kota. Menurut Cerita Pendek Rakyat Tang (唐人傳奇 Tangren Chuanqi), Raja Naga Qian Tang tentu sekali berbuat demikian setelah mendapat tahu bahawa puteri saudaranya didera oleh suaminya.
Raja Naga Laut Timur (Donghai) dikatakan memiliki wilayah terluas.
Raja Naga sering disebut dalam karya sastera. Keterangan terperinci diberikan tentang kesergaman istana kristal mereka. Dalam novel klasik Cina, Pengembaraan ke Arah Barat, seekor Raja Naga merupakan salah satu watak penting dalam bab ke-10. Keempat-empat Raja Naga turut muncul dalam cereka Fengshen Yanyi, tetapi nama-nama mereka berbeza dengan yang tertulis dalam Pengembaraan ke Arah Barat.[1]
Di negara China, terdapat berbilang tokong yang ditahbiskan kepada Raja-Raja Naga ini. Salah sebuahnya di Beijing dibina sewaktu Dinasti Yuan. Istana Chao-Tian (朝天宮) di pekan Beigang (北港鎮), Taiwan, dikhaskan kepada dewi Mazu, juga mempunyai patung-patung empat Raja Naga yang berbentuk manusia, setiap seorang menunggang naga.
Bách khoa toàn thư mở Wikipedia
Raja Raja Chola I là một trong những vị hoàng đế kiệt xuất của nhà Chola, người trị vì từ năm 985 đến 1014 Sau công nguyên. Ông đã chinh phạt các vương quốc ở phía Nam Ấn Độ và đế quốc Chola cho đến tận Tích Lan phía nam, và Kalinga (Orissa) phía bắc, dẫn đến sự phát triển không ngừng của đế chế Chola. Ông từng chiến đấu trong nhiều trận đánh với quân Chalukya ở miền bắc và Pandya ở miền nam. Việc Rajaraja thôn tính Vengi đã dẫn đến sự sáng lập triều đại Chalukya Chola. Ông xâm chiếm Tích Lan và bắt đầu sự chiếm đóng của Chola trên hòn đảo này kéo dài trong một thế kỉ.
Ông đã hợp lý hóa chế độ hành chính, chia đất nước thành nhiều khu vực và chuẩn hóa việc thu ngân sách qua những cuộc điều tra đất đai có hệ thống. Ông xây dựng ngôi đền Brihadisvara lộng lẫy ở Thanjavur và từ đây ông phân chia của cải cho các bề tôi của mình. Những thành tựu của ông đặt nền móng cho con là Rajendra Chola I mở rộng đế quốc của mình hơn nữa.
DailySports.ID - Kerajaan Melayu menjadi salah satu kerajaan yang pernah berdiri di Nusantara. Kerajaan yang satu ini masuk pada peradaban awal kerajaan di Nusantara. Menurut catatan sejarah, kerajaan ini terletak di Pulau Sumatra.
Informasi yang tepat tentang kerajaan ini akan dibahas lengkap di artikel ini. Mulai dari sejarah, nama-nama rajanya, peninggalan sejarah hingga masa kejayaannya. Kamu bisa menemukan jawaban mengenai kerajaan kuno yang satu ini sebagai salah satu kerajaan yang ada di Nusantara.